Jumat, 04 Agustus 2017

Yang Terampas dan Yang Putus dan Deru Campur Debu



Yang Terampas dan Yang Putus dan Deru Campur Debu,

Kalimat itu seketik  muncul di kepalaku setelah aku menemukan sejumlah foto-foto usang semasa kecilku, sebuah kalimat yang seakan mewakili semuanya. Semua yang telah terampas, putus dan bercampur debu. Kalimat itu sejatinya milik bohemian tulen Chairil Anwar dalam judul buku puisinya Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus serta Deru Campur Debu.

Kali ini aku tidak akan membahas puisi, sajak atau juga sonata dan lain sebagianya, tapi aku akan mencoba melukiskan sisa fragmen-fragmen masa kecilku melalui sudut pandang sebuah kalimat yang terlampau begitu puitis ini.


Yang Terampas,

Bukankah kenangan seringkali menganggu tidurmu dan memiliki ribuan tafsir tertentu ataupula hidup hanya sebatas pekerjaan untuk mengenang dan mengenang sebelum kau dan aku hilang, ah sudah jangan begitu dipikirkan. Yang terpenting saat ini kita mengetahui sebuah rahasia yang muncul di setiap rumah dan jalanan kecil itu, bahwa tidak semua kenangan dapat terekam dan terabadikan dengan baik, begitu juga dengan aku begitu juga kau.

Waktu memang begitu cepat berdetak melahap masa kecilku, melempar aku ke masa depan yang begitu angkuh dan penuh tanggung jawab, lebih gilanya semua ku lakukan begitu saja tanpa ada semacam buku panduan kiat sukses menjadi orang dewasa.

Perlahan demi perlahan waktu telah merampas kenangan masa kecilku, aku telah lupa nama teman sebangku di taman kanak-kanak ataupun sekolah dasar dulu, aku juga telah lupa berapa kali aku menangis ketika ibuku tak mengijinkan untuk bermain di sawah pada siang hari walaupun akhirnya aku kerap bermain tanpa dia tahu, hinga aku telah lupa berapa kali mengalami kalah dalam perlombaan apapun itu yang aku ingat hanya kemenangan yang membuatku menjadi sombong dan lupa diri.

Barang mungkin memang begitu banyak kenangan yang telah terampas dariku, namun siapa bisa menyalahkan waktu yang serupa seorang rentenir yang terus menggerogoti hingga kau hilang dan lekang. Ataupula ini hanyalah masalah pada diriku sendiri yang memang mudah dan seringkali lupa, mungkin setalah ini aku akan lupa telah membuat tulisan ini.

Yang Terampas, sulit kau kenang.
Jaga selagi belum hilang.



Yang Putus,

Bukankah putus cinta adalah sebuah masalah serba membingungkan bagi setiap orang, kerapkali mereka merubah kebiasaan hidup dari sebelumnya menjelma jadi pribadi baru yang lebih baik ataupun lebih buruk lagi tergantung bagaimana mereka menerjemahkannya. Hmm… lupakan saja putus cinta!

Apakah kau ingat ketika kau menangis dan tertunduk lesu ketika kehilangan seseorang ataupula kau yang meninggalkan mereka, tentu hal semacam ini sama sekali tak menyenangkan bukan?

Aku punya sedikit cerita bila kau mau mendengar.

Aku pernah beberapa kali kehilangan teman masa kecilku dan bisa dibilang itu menjadi pengalaman tak menyenangkan dalam hidupku. Sebelum semua itu terjadi mungkin hampir setiap hari aku bermain dengannya, belajar bersepeda, bermain layang-layang ataupula berebut hal-hal yang tak penting hingga bisa dibilang aku merayakan sebagian kesenangan ala anak-anak bersamanya. Dan pada akhirnya semua itu terputus ketika ia memakai seragam sekolah baru tak seperti biasa dan aku baru tahu setelah keesokan harinya ia tidak masuk ke sekolah bahwa ia telah pindah rumah bersama keluarganya. Hingga saat ini aku baru bisa mengerti semua orang akan rela berpindah untuk hidup yang lebih baik, begitulah kata orang bijak yang aku lupa namanya ataupula hanya sekedar pesan dari mulut seorang pemabuk.

Sebagai anak-anak tentu tidak begitu peduli dan mungkin belum mengerti untuk membahasakan masalah-masalah seperti ini. Kehilangan seorang teman saja bisa dibilang menjadi momen sensitif terlebih lagi kehilangan sanak saudara, keluarga ataupun orangtua sendiri ataupula kita yang meninggalkan mereka. Semua itu semacam kesatuan kehidupan, kemudian menjadi rantai yang terputus dan mau tidak mau, suka tidak suka kita harus menerima dan kembali menghadapi rangkaian kehidupan yang serta tak pasti ini. Kita tidak berhak bertanya apapun.

Semuanya mesti mengerti,
dalam pesta hidup yang terjadi.
Kita datang sendiri,
dan kembali dengan sendiri!


Deru Campur Debu,

Mungkin sudah terlalu banyak foto yang kau simpan dalam ponsel pintarmu. Hari demi hari akan selalu bertambah bahkan untuk hal tak tentu kau telah menyalin file ke jejaring internet supaya bisa kau lihat dan unduh tiap saat. Semua ingin memiliki tiruan keindahan dirinya dalam bentuk digital, hingga semua sibuk berpura-pura di depan kamera.

Namun kau dan juga aku akan selalu tertegun ketika melihat sebingkai foto masa kecil dulu, seakan semua berhenti berputar dan menendangmu ke ruang perbendaharaan masa lalu, relung penuh derai senyum, gelak tawa ataupun kesedihan yang sulit dilupakan. Semua akan terjadi begitu saja dan seharusnya memang begitu seperti tombol otomatis ketika kau mengalami hal-hal semacam ini.

Lembar-lembar foto semacam ini bisa saja menjadi wahana permaianan maha asik yang membuatmu keranjingan tak terkira ataupula dalam kasus lain foto adalah penderitaan yang sengaja disimpan untuk dinikmati disaat acara tertentu, saat pulang dari perantauan panjang mungkin. Sebab kita seringkali mengabadikan fragmen hidup dengan orang yang kita cintai dan tanpa sadar ia telah pergi abadi dalam hening di tahun-tahun silam.

Masa kecil ataupun masa lalu adalah hal- hal yang hanya bisa dibayangkan, sebuah tempat terjauh dan kau tak penah bisa kembali dengan utuh. Satu-satunya yang tersisa dalam hidupmu adalah hari ini serta bayang-bayang lalu mengekor di pudakmu bertahan dari geliat masa depan di langit-langit.

Semua yang kau kenang telah bercampur debu di tanah tandus,
surga segala sepi dan tempat kau asik bersembunyi.

***

Dan akhirnya aku harus mengakhiri tulisan ini, sebelum itu aku beritahu bahwa kalian telah membaca habis delapan ratus lima puluh kata sampai tanda titik ini. Aku tahu kalian tidak malas membaca dan semoga tidak terpaksa sampai seterusnya.

Yang terampas akan terganti
Yang putus akan tersulam kembali
                           bersemi lagi 

                           bersama mimpi.

Debu melahirkan batu
          meninggalkan abu.
Deru menjadikan lagu
         menciptakan waktu
         menjelma rindu
        :semua membentuk Aku.





Share:

0 komentar:

Posting Komentar