Fahrenheit 451 |
Aku berpikir apakah pria itu ingin menyerupai seorang nabi yang merelakan dirinya terbakar. Apakah hidup musti bebas? Apa guna semua yang ia perjuangkan, semua hilang setelah tubuhnya tergeletak dibrondong sepucuk pistol.
Hal itu semakin mengangguku, kenapa ada pria yang rela mati demi kebebasan. Aku bertanya kepada setiap orang yang aku temui dan jawaban mereka hampir semunya sama.
"Kau hidup harus mematuhi peraturan dan perintah, kau tidak boleh mempertanyakan itu. Lupakan kebabasan."
Selang beberapa hari kemudian, saat aku sedang tertidur beberapa orang masuk ke dalam rumahku. Dan benar saja, sepucuk pistol telah menempel tepat di depan keningku .
"Kau harus mati malam ini!"
"Karena kau telah berpikir." itulah kalimat terakhir yang aku dengan sebelum selongsong peluru menembus kepalaku.
0 komentar:
Posting Komentar