![]() |
Cold War by Pawel Pawlikowski |
Barangkali
cinta adalah hutang yang selalu menuntut dituntaskan hingga kapanpun dan film
ini seakan menjelaskan semua itu dengan sangat baik. Secara garis besar film
garapan Pawel Pawlikowski ini menceritakan kisah asmara, tragedi dan suasana
perang dingin yang membayanginya selama puluhan tahun.
Ketegangan
yang terjadi saat perang dingin semakin memperkaya konflik yang dibangun dalam
film ini. Romansa percintaan yang terikat dengan pilihan negara dan ideologi
mendorong karekter dalam menentukan nasibnya. Film ini tidak sedikitpun
memfokuskan diri pada konflik perang dingin, melainkan suasana politik yang
turut menentukan nasib dan sulit untuk dipisahkan.
Berangkat
dari perjalanan Irena (Agata Kulesza) dan Wiktor (Tomasz Kot) seorang pianis
dan konduktor yang memandu audisi pencarian bakat di pedesaan Polandia untuk
membentuk teater rakyat yang nantinya dipentaskan hingga ke panggung nasional.
Pada saat bersamaan seorang penyanyi bernama Zula (Joanna Kulig) ikut dalam
audisi tersebut dan Wiktor sangat tertarik akan keistimewaannya. Dan mereka
jatuh cinta.
Saat
teater mulai terkenal dan tampil di berbagai wilayah, sang manajer Kaczmarek
(Borys Szyc) justru melakukan kesepakan untuk menyelipkan propaganda Soviet yang
dipimpin Stalin ke dalam setiap pertunjukan mereka. Irena yang tidak setuju
untuk menampilkan nyanyian yang memuji pemimpin Soviet terpaksa angkat kaki.
Tak lama Wiktor juga membelot dan pergi menuju Prancis, sementara Zula menolak
ajakan Wiktor dan tetap bertahan. Romansa mereka penuh ketidakpastian karena keadaan
politik. Mereka berpisah dan menyisakan cinta yang belum tuntas.
Narasi
hubungan penuh batas dan lika-liku terjadi pada tahun-tahun selanjutnya. Wiktor
dan Zula belum juga menyelesaikan kisah mereka. Walaupun pergeseran waktu
seakan membuat keadaan semakin rumit, jarak negara dan ideologi yang
bersebrangan. Kuduanya tekesan pantang menyerah dan cinta semakin bergairah.
Pawel
Pawlikowski mengemas semua itu dengan lembut dan sangat menyentuh. Balutan tone
monochrome dalam ration 4:3 semakin membuat sketsa hubungan cinta antara
karakter terlihat lembut dan intens. Kiat serupa juga digunakan
Pawel Pawlikowski saat menyutradarai film Ida (2013) yang menyabet penghargaan
Film Bahasa Asing Terbaik dalam Academy Awards. Harus diperhatikan juga
bagaimana cerdasnya seorang Pawel Pawlikowski memposisikan perang dingin dalam
sinema yang dibuatnya, sebuah ideologis yang benar-benar menentukan nasib
seseorang.
Istilah
“Perang Dingin” diciptakan oleh George Orwell seorang satrawan Inggris yang
menulis 1984 dan Animal Farm. Ia menerangkan bahwa pada masa ini kedua kubu
totalitarianisme (AS dan Uni Soviet) saling melakukan propaganda atau ia
menyebutnya sebagai agresi tidak bermusuhan. Pada periode tersebut kedua kubu
saling melakukan propaganda melalui radio, buku, surat kabar, lagu dan salah
satunya adalah teater rakyat tempat Wiktor dan Zula bertemu dalam film ini.
Sebagai
penonton juga secara langsung diajak menguras perasaan dengan penuh perenungan.
Walaupun dalam beberapa bagian ritme film ini terkesan begitu lamban dan
beberapa kesenjangan yang harus kita terjemahakan sendiri. Tetapi semua itu
seakan tidak berarti akibat visual dan alur cerita yang sangat baik sehingga membuat
film ini sangat elegan. Alhasil secara keseluruhan berhasil membuat film
sekelas La La Land terhilat culun menurut saya pribadi. Film yang sangat
menyedihkan, tetapi kamu akan menyukainya.
Cold
War bukan sebatas perang idologis antar negara saja melainkan lebih dari itu.
Ini adalah perang antara kedua hati manusia, kekecewaan,
kerapuhan hati, serta bagaimana ideologi memisahkan manusia dan bermuara pada
pencarian arti cinta dan kerinduan.
0 komentar:
Posting Komentar