Malam ini jalanan terasa begitu
gelap dan hanya sesekali terlihat semacam cahaya kekuningan yang tak begitu
jelas di serambi jalan. Sepertinya penglihatanku semakin kabur dibanding
hari-hari sebelumnya, tepatnya di bagian mata sebelah kanan. Walau dalam pengartian
sederhana ini tak begitu menganggu kegiatan keseharianku.
Aroma udara sungguh terasa basah dan
angin mulai berhembus merangsak masuk kedalam jaketku, entahlah mungkin
sebentar lagi akan turun hujan sebab tidak ada selusin bintang yang terhitung
di angkasa. Aku mempercepat langkah kedua kaki walau tidak berlari ini lebih
cepat dari sebelumnya, sembari melompati beberapa got dan menendang
batu-batu kecil di pinggir jalan.
Sebenarnya aku sedang dalam keadaan sedikit
kecewa, hingga akhirnya memutuskan untuk menyusuri jalanan sepi ini sendirian.
Aku rasa aku sedang kehilangan seseorang untuk bicara tentang kegamangan,
kepahitan hidup ataupula dunia yang tak ubahnya belenggu penjara. Sebelumnya
memang tidak banyak orang yang bisa kuajak bertukar pikiran, terkadang aku
membayangkan agar bisa hidup dalam kesunyian buku harian Anne Frank.
Kau tahu aku selalu memikirkan
sesuatu dari apa yang telah aku baca sebelumnya. Misalnya saja sebelum ini aku
baru saja menamatkan sebuah esai yang ditulis Albert Camus tentang kecintaannya
terhadap kehidupan, tentu ini berisi tentang bagaimana ia memandangi kehidupan
yang tergambar dalam sebuah kafe yang ia kunjungi. Ia mengaku bahwa
terkadang ia terbuai oleh hal-hal yang memabukkan, di samping itu begitu banyak
orang dengan mudahnya merasa seolah menemukan kepastian di dunia ini, serta
dengan gamblang menyusun regulasi untuk mengatur alur kehidupan orang lain.
Namun ia justru terkejut saat menemukan bahwa dunia tidak dibuat sesuai dengan
selera dan keinginan manusia, melainkan untuk memerangkap manusia.
Benar saja, aku seperti manusia
dalam esai yang sebelumnya telah aku baca. Hujan turun dengan begitu derasnya
seperti serbuan keramaian di sebuah pasar tradisional. Aku terperangkap di depan
sebuah toko dan ini tidak sesuai keinginanku. Perutku mulai terasa lapar, di
malam seperti ini melahap segumpal nasi hangat saja sudah cukup bagiku. Memang
dalam waktu berlainan aku bisa sangat pilih-pilih soal makanan, ini sama
seperti ketika memilih buku di sebuah perpustakaan kota.
Aku menarik ponsel dari saku celana, membasuhnya dengan kain kering dan membalas beberapa pesan yang
telah mencuat di layar ponsel. Sembari menunggu hujan, untuk menghibur diri aku
mengunjugi dunia maya dan melihat beberapa gambar yang mereka bagikan di
lini masa. Yang membuatku sedikit resah dunia maya tentunya mendorong kita
mengikuti bahkan menjadi seperti orang lain, misalnya saja hari ini semua orang
sedang asik mengisi templete berisi apa yang mereka sukai, yang akan mereka
lakukan atau tidak dan beberapa jenis lainnya. Barangkali dunia ini memang
menuntut kita mengenakan pakaian yang serba seragam agar kita tidak
tersampingkan. Ini adalah sebuah dunia lain, kerumunan orang-orang yang sedang
berbicara tanpa pernah mendengar sedikitpun.
Bila ada bahasa yang mewakili sebuah
perasaan kegamangan aku ingin meminjamnya saat ini. Barangkali kita sedang
terperangkap kesepian hujan hingga dunia yang sedang memburu kita untuk menjadi
serba sama dan hidup tergesa-gesa. Namun, di dalam pikiran kita hanya bisa
berteriak sekencang-kencangnya, tetapi tubuh hanya diam dan tersipu.
Aku tahu bahwa beberapa dari pikiranku
bahkan semuanya ialah sebuah kekeliruan dan tidak mutlak kebenarannya. Dunia dan kehidupan
memang begitu rumit dan tidak hanya sesederhana persinggahan di sebuah kafe
ataupula pemberhentian ketika aku menunggu hujan. Sekali lagi aku mengamini
perkataan Albert Camus bahwa dunia tidak dibuat sesuai dengan selera dan
keinginan manusia, melainkan untuk memerangkap manusia. Kecintaan kita pada
hidup seharusnya selalu bergandengan dengan keputusasaan terhadap hidup.
Hujan telah berhenti dan menyisakan rintik di ranting serta beberapa
air tergenang yang mencerminkan dunia dalam bentuk lain. Di depan toko
terhampar begitu panjang jalanan yang basah dan becek, aku membuang sebotol minuman bersoda yang
sebelumnya telah aku beli. Kembali menyusuri kegamangan pikiran dan jalan
menuju pulang, berusaha pergi dan tidak terperangkap.
Coba nonton film biar tidak sepi wekekek.
BalasHapusThe Florida Project, Phantom Thread, Spotlight, Shape of Water sedikit bisa mengusir sepiku hehe
HapusKita bersabar menunggu El dan teman-temannya kalau begitu.
BalasHapus