Selasa, 18 April 2017

Mengulas Cantik Itu Luka Karya Eka Kurniawan



Memang nama Eka Kurniawan telah begitu terkenal dalam jagad sastra Indonesia satu dekade terakhir ini. Beberapa karyanya seperti Manusia Harimau, Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas, Corat-Coret di Toilet, Cantik Itu luka dll memang kerap saya temui di etalase toko buku. Namun begitu malang bagi saya, sebab nyatanya saya baru bisa membaca “Cantik Itu Luka” pada tahun ini dan itupun satu-satunya karya Eka yang pernah saya baca.

Jujur, buku Cantik Itu Luka telah berapa kali direkomendasikan kepada saya untuk dibaca, beberapa kali pula saya menyempatkan waktu untuk mengintip ulasan novel ini di goodreads dan berbagai website. Pada suatu waktu saya pergi ke toko buku untuk membeli buku ini ternyata saya menemui bahwa cover buku ini begitu tidak menarik hingga akhirnya mengurungkan niat untuk membelinya. Dan kejadian itu merupakan salah satu kesalahan besar bagi saya, setelah saya meminjam dari seorang sahabat lalu selesai melahap habisa buku ini.

Kejeniusan seorang Eka Kurniawan sebagai juru racik sebuah cerita bisa langsung saya kenali ketika membaca dua bahakan satu bab awal Cantik Itu Luka. Lalu pada bab-bab selanjutnya kita akan disuguhkan begitu banyak keajaiban setiap plot cerita yang ditulis Eka Kurniawan.

Buku ini sejatinya menceritakan kehidupan sebuah keluarga seorang pelacur bernama Dewi Ayu yang begitu termahsyur kecantikannya di Halimunda, hingga semua lelaki dewasa dipastikan ingin menidurinya. Dewi Ayu memiliki tiga orang anak tanpa pernah diketahui asal-asul Ayah dan kesemuanya terlahir begitu cantik mewarisi ibunya. Dan ketika mengandung anakanya yang keempat ia berharap memiliki anak yang buruk rupa, dan benar terjadi lalu secara ironik diberi nama Si Cantik.

Di buku ini menceritakan kisah kehidupan yang dijalani Dewi Ayu dan keempat anaknya (Alamanda, Adinda, Maya Dewi, dan Si Cantik). Bahwa, dalam kasus yang terjadi di kisah ini kecantikan bukan lagi menghasilkan anugrah bagi mereka menerimanya, melainkan kecantikan mereka telah berubah rahim yang mengandung begitu banyak malapetaka dan kisah tragis didalamnya.

Di dalam buku ini saya merasa telah disuguhkan cerita yang begitu menarik dengan begitu banyak rasa dari penulis-penulis dunia yang lain. Saya seperti membaca karya Pramoedya Ananta Toer ketika membaca beberapa penuturan sejarah yang digunakan Eka Kurniawan Cantik Itu Luka. Kemudian, saya seperti disuguhkan novel-novel Amerika Latin semacam Pedro Paramo ketika Eka Kurniawan menyuguhkan percakapan arwah orang-orang mati dan manusia di dalam kisah Cantik Itu Luka. Sungguh ini membuktikan Eka benar-benar seorang jenius dalam meracik cerita.

Jika ditanya bagian apa yang paling buruk untuk novel ini makanya saya hanya bisa menyebut covernya. Memang begitu tak layak menurutku, untuk novel sebagus ini dibungkus dengan cover yang tidak akan membuat menarik seorangpun . cover buku ini bisa dibilang sekelas lukisan belakang mobil-mobil truck atau teka-teki silang di terminal.

Don’t judge a book by it's cover Begitulah kalimat yang tepat untuk buku ini, saya rekomendasikan buku ini untuk kalian baca.


Share:

0 komentar:

Posting Komentar