Jumat, 28 April 2017

Ringgo Sang Perompak




Sebelum kau menyesal, kuperingkan sekali lagi. Lebih baik jangan pernah berkenalan dengan pemuda tanggung bernama Ringgo, siap tidak siap kau akan menanggung segala masalah yang ada dalam hidupnya. Malammu bisa jadi malam yang begitu menyenangkan dibuatnya ataupun sebaliknya. Kau akan merombak ulang definisi masalah hidupmu, tak lain dengan satu kalimat yaitu Ringgo sebagai biang masalah itu sendiri. Terdengar membingungkan memang, ia adalah seorang bajingan tulen yang selalu mengusik pikiranmu dari dunia manusia ini, dia juga bisa datang kapanpun menggedor-gedor pintu rumahmu menyerupai sesosok malaikat pencabut nyawa dengan sejuta masalah yang akan merepotkanmu.

Akan ku jelaskan sedikit tentang Ringgo supaya kau bisa bergegas pergi sebelum dia menghampirimu. Terakhir kali aku melihatnya di sebuah tempat lokalisasi di seberang pelabuhan, saat itu dia dikelilingi tiga pecun yang takhluk dengan pesona seorang bajingan sejati, ia memakai baju hitam panjang bertuliskan “Nirvana” yang sudah compang-camping di sana-sini. Wajahnya begitu kering dan sekujur pipinya menjorok kedalam sebab puluhan batang rokok yang disedotnya saban hari. Sebuah obsesi alamiah, ia ingin menyerupai Kurt Cobain dan sekejap bisa mengganggu pikiran setiap orang manapun itu ketika pertama kali melihatnya dengan ramput pirang yang begitu kontras dengan kulitnya yang coklat kehitam-hitaman.

Perlu kalian tahu awal perjumpaanku dengan Ringgo yaitu ketika secara tidak sengaja kami berkunjung ke sebuah arena judi dadu berkedok Warung Kopi di sekitar area pelelangan ikan. Pria menyebalkan ini secara tidak terduga memperoleh kemenang besar secara berulang pada lima putaran pertama. Selanjutnya kebodohan yang selalu aku ingat ketika ia melimpahkan semua uang dalam satu putaran hingga habis tak tersisa. Lebih heran lagi dia mengakhiri kekalahannya dengan gelak tawa.

“Aku kalah huahahaha!”

“Kalau cukup nyali, besok judi lagi”

“Hampir saja kau yang habis, untung saja Sang Tuhan masih memihakmu.”

Kekalahan dan kebodohannya dalam judi malam itu menjadi awal perkenalanku dengan Ringgo. Bajingan tulen dengan seribu pikiran nyeleneh dan masalah tak pernah habis akan selalu membuat masalah kehidupanku terkesan konyol dan tak berarti. Pria yang akan menjadikanmu berandal sejati, mengajakmu melakukan hal-hal serba baru dalam hidupmu. Satu hal yang akan membuatmu menghormatinya, Ia tak pernah takut dan setengah-setengah menjalani hidupnya.

*******

Malam ini kesialan mungkin menimpaku, saat Ringgo menggedor-gedor pintu rumah dan aku hanya bisa menerima tanpa bisa menolak bahwa ia akan menghancurkan seisi malam ini. Seperti biasa ia tanpa basa-basi duduk dan memburuku dengan enam puluh delapan kisang ihwal sejumlah masalah yang sedang dihadapinya. Namun, yang aku ingat hanya sekitar dua belas masalah semacam kalah judi, kehabisan uang, hutang sana-sini, hingga belum makan seharian, lalu selebihnya adalah masalah perkelahian dan perkelahian yang membuat setiap orang sampai bosan mendengar. Dasar Bajingan.

Setelah selesai dengan keluhan hidupnya, tanpa proses tawar-menawar langsung menyantap apapun yang tersedia di tudung saji. Bahkan kalau sedang dalam keadaan selapar-laparnya ia seringkali memintaku untuk membuatkannya dua bungkus mie instan dengan tiga telur ayam kampung. Nafsu makannya hampir mendekati nafsu makan hewani kadangpula ia akan menyantap sepiring nasi tanpa mengunyahnya. Malam itu setelah selesai makan malam dan meminum sebotol anggur ia langsung tertidur pulas menjarah tempat tidurku, dan lagi-lagi aku tak bisa melarangnya walaupun dalam perkara sekecil ini. Ringgo sialan, Bajingan.

Apa yang ku alami malam itu tidak sebegitu merepotkan dibanding keesokan harinya. Bagaimana tidak ketika aku terbangun aku tak lagi menemukan Ringgo yang semalam setengah mati tertidur di kasur.

“Ringgo dimana kau?”

“Racik kopi kalau kau masih di dapur “ Teriakku memanggil.

Tak ada jawaban. Ku ulangi sampai tiga, empat bahkan sampai lima kali aku coba memanggil Ringgo, tetap juga hening. Firasatku mulai tak karuan, aku harap ini bukan awal masalah baru sebab Ringgo tidak pernah begitu aneh. Akhirnya terpaksa aku melepaskan diri dari sofa tempatku tertidur semalam, mencari Ringgo ke segala ruang, dapur, kamar mandi, hingga ke beranda rumah tepat ia biasa bermain ukulele. Tetap saja Ringgo tidak ada, mungkin ia telah pergi ke warung nasi di area pantai wisata.

Aku kembali ke meja kerja, berniat untuk melanjutkan tulisanku yang tertunda akibat kedatangan Ringgo semalam. Hingga aku menemukan sebuah kertas dengan tulisan yang tak lebih rapih disbanding tulisan anak SD. Tak salah lagi, Ringgo yang menulis ini.

Kiranya seperti inilah, isi dari pesan itu:

“Temui aku dalam lima hari lagi, berangkatlah kau dari jam 5 pagi menuju terminal. Ketiga temanku yang lain akan menunggumu. Lalu berangkatlah bersama menuju pelabuhan. Aku menunggumu di kapal, Kita berlayar. Merampas dunia”

Sialan gerutuku. Hanya bajingan seperti kau yang bisa menganggu pikiranku saat ini. Lima hari waktu yang kau berikan untuk memutuskan semua perkara ini. Ketika aku menolak ketika itu juga kau akan mengcemoohku seumur hidupmu. Dasar kau sialan Ringgo, Kau menjebakku dalam pilihan ini.

Kuremas dan Kubuang kertas itu ke tempat sampah sambil menggerutu.

Sialan kau! Ringgo Bajingan!


***Bersambung***
Share:

0 komentar:

Posting Komentar