Penulis kelahiran Jepang dan
seorang penggemar kucing, Haruki Murakami
meninjak usia 70 tahun Januari lalu. 70 tahun! Tapi aku pikir kita
memang harus mempercayainya, terlepas dari usia muda dan prosa kreatif: penulis
best seller internasional yang telah menulis 14 novel dan beberapa cerita
pendek, dan merupakan salah satu penulis kontemporer paling terkenal di Dunia.
Untuk merayakan ulang tahunnya, dan sebagai hadiah untuk mereka yang berharap
menjadi penulis seperti Murakami, Inilah beberapa saran penulisan terbaiknya yang
telah aku kumpulkan di bawah ini.
Baca
dan Terus Membaca.
“Aku pikir tugas
pertama untuk calon penulis adalah membaca banyak buku. Maaf memulai dengan
pengamatan biasa, tapi memang tak ada latihan yang lebih penting dari itu.
Untuk menulis sebuah novel, kamu harus memahami dulu pada tingkatan dasar. Sangat penting untuk membaca banyak novel saat
kamu masih muda. Apapun yang bisa kamu baca — novel hebat, novel biasa-biasa
saja, bahkan yang buruk juga tidak masalah, selama kamu tetap membaca. Serap
sebanyak mungkin cerita yang kamu bisa. Perkenalkan dirimu pada banyak tulisan
bagus. Juga untuk banyak tulisan biasa-biasa saja. Ini pekerjaan terpenting
untukmu.”
– Dari esai Murakami tahun 2015 berjudul
“So What Shall I Write About?”
Beri Sentuhan Dan Buat
Kata-Kata Menjadi Baru.
Salah satu pianis jazz
favoritku sepanjang masa adalah Thelonious Monk. Suatu ketika, saat seseorang bertanya kepadanya bagaimana ia
bisa mengeluarkan suara tertentu dari piano, Monk menunjuk ke keyboard dan
berkata: "Tidak mungkin ada nada baru. Ketika
kamu melihat keyboard, semua nada sudah ada di sana. Jika kamu memasukan nada yang tepa, itu akan terdengar
berbeda. Kamu harus memilih nada yang kamu
maksudkan!”
Aku sering mengingat
kata-kata ini ketika menulis, dan aku berpikir, “Itu benar. Tidak ada kata-kata baru. Tugas
kita adalah memberikan sentuhan baru dan nuansa khusus untuk kata-kata yang
biasa-biasa saja.” Aku merasa pikiran itu sangat benar. Ini berarti terdapat bentangan luas yang tidak kita ketahui di
depan kita, tempat subur yang menunggu untuk kita olah.
-Dari Esai Murakami berjudul "Jazz Messenger"
Jelaskan Dengan Jelas.
Ketika menulis, aku mendapatkan beberapa gambar dan
aku menghubungkan satu bagian dengan yang lain. Itulah
alur ceritanya. Lalu aku menjelaskan alur cerita
tersebut kepada pembaca. Kamu harus menjelaskan
dengan sangat baik ketika menjelaskan sesuatu. Jika
kamu berpikir, itu bukan masalah, maka aku mengerti bahwa kamu terkesan sangat
sombong. Kata-kata yang mudah dan metafora yang
tepat menjadikan alegori yang bagus. Jadi itulah yang aku lakukan. Aku
menjelaskan dengan sangat hati-hati dan jelas.
– Dari sebuah wawancara dengan John Wray untuk The Paris Review
Tebarkan Mimpi
“Bermimpi adalah pekerjaan sehari-hari para novelis, tetapi menebarkan mimpi adalah tugas yang lebih penting bagi kami. Kita tidak bisa menjadi novelis tanpa keinginan untuk berbagi sesuatu.”
–Dari Pidato Murakami saat menerima Catalunya International Prize
Menulis Untuk Mencari Tahu
"Ketika aku menulis, aku sendiri tidak tahu untuk apa
melakukannya. Pembaca dan aku berada di tempat
yang sama. Ketika aku mulai menulis sebuah
cerita, aku mengerti kesimpulannya sama sekali dan tidak tahu apa yang terjadi
selanjutnya. Misalnya, jika ada kasus pembunuhan, aku tidak tahu siapa
pembunuhnya. Aku menulis buku tersebut karena rasa
ingin tahu. Jika aku tahu siapa pembunuhnya,
tidak ada tujuan untuk menulis sebuah cerita."
– Dari
sebuah wawancara dengan John Wray untuk The Paris Review
Timbun dan Masukkan Dalam Novel
Apa kamu ingat sepotong adegan di film Steven
Spielberg E.T. di mana ia merakit transmisi dari
sampah yang berasal dari garasinya? Ada payung,
lampu, panci dan kuali, pemutar rekaman— sudah lama aku tidak menonton film,
jadi aku tidak bisa mengingat semuanya, tetapi ia berhasil mengubah semua
barang-barang itu sedemikian rupa sehingga alat tersebut bekerja cukup baik
untuk berkomunikasi dengan planet asalnya ribuan tahun cahaya jauhnya. Aku mendapat dorongan besar dari adegan itu ketika melihatnya
di bioskop, tetapi sekarang yang mengejutkanku bahwa menyusun novel bagus
adalah hal yang sama. Komponen kuncinya bukanlah
kualitas bahan — yang dibutuhkan adalah keajaiban. Jika keajaiban itu ada, masalah sehari-hari paling mendasar
dan bahasa paling sederhana dapat diubah menjadi perangkat yang begitu canggih.
Namun yang pertama dan terpenting adalah apa yang
dikemas di garasimu. Sihir tidak bisa berfungsi
jika garasi mu kosong. Anda harus menyimpan banyak
barang untuk digunakan ketika E.T. datang memanggil!
- Dari Esai Murakami berjudul "so What Shall I Write About?"
Sebuah Pengulangan
"Ketika aku menulis sebuah novel, aku bangun jam
empat pagi dan bekerja selama lima hingga enam jam. Pada sore hari, aku berlari sejauh sepuluh kilometer atau
berenang sejauh seribu lima ratus meter (atau melakukan keduanya), kemudian aku
membaca dan mendengarkan musik. Aku tidur jam
sembilan malam. Aku melakukan rutinitas ini setiap hari tanpa variasi. Pengulangan itu sendiri menjadi hal yang penting; itu adalah bentuk mesmerisme. Aku
menguasai diri sendiri untuk mencapai kondisi pikiran yang lebih dalam. Tetapi untuk menahan pengulangan seperti itu begitu lama —
enam bulan hingga satu tahun — membutuhkan mental dan fisik yang baik. Dalam pengartian tersebut menulis novel seperti berlatih
untuk bertahan hidup. Kekuatan fisik sama
pentingnya dengan sentuhan artistik."
- Di Sebuah
wawancara dengan John Wray untuk The Paris Review
Fokus Pada Satu Hal Pada Satu Waktu
"Jika aku ditanya apa kualitas terpenting berikutnya
bagi seorang novelis (setelah talenta), itu juga mudah: fokus — kemampuan untuk
memusatkan semua bakat yang kamu miliki pada apa pun yang penting saat ini.
Tanpa itu kamu tak akan mencapai sesuatu yang bernilai,
sementara itu jika kamu fokus secara efektif, kamu akan dapat menutubi bakat
yang tidak menentu atau bahkan kekurangannya. Bahkan
seorang novelis yang memiliki banyak bakat dan pikiran yang penuh dengan
ide-ide baru yang hebat mungkin tidak dapat menulis apa-apa jika dia menderita
banyak rasa sakit."
–Dari buku What I Talk About When I Talk
About Running
"Walaupun aku menulis esai dan juga karya fiksi, kecuali keadaan menentukan lain, aku menghindari mengerjakan hal lain ketika aku menulis novel. Tentu saja, tidak ada semacam aturan yang mengatakan bahwa bahan yang sama tidak dapat digunakan dalam esai dan cerita, tetapi aku menemukan bahwa menggandakan seperti itu entah bagaimana melemahkan fiksi yang aku buat."
- Dari Esai Murakami berjudul "so What Shall I Write About?"
Melatih Daya Tahan
"Setelah fokus, hal penting selanjutnya bagi seorang
novelis adalah ketekunan. Jika kamu konsentrasi
menulis tiga sampai empat jam sehari dan merasa lelah setelah seminggu, kamu tak
bisa menulis pekerjaan yang panjang. Yang
dibutuhkan oleh seorang penulis fiksi — paling tidak orang yang berharap bisa
menulis novel — adalah energi untuk fokus setiap hari selama setengah tahun,
atau satu tahun, atau dua tahun. Kamu bisa
membandingkannya sambil manarik bernafas."
–Dari buku What I Talk About When I Talk
About Running
Eksperimen Dengan Bahasa
"Merupakan hak yang melekat dari semua penulis untuk
bereksperimen dengan berbagai kemungkinan bahasa dalam segala bentuk yang
mereka bayangkan — tanpa semangat eksplorasi, tidak ada hal baru yang dilahirkan."
–Dari "The Birth of My KItchen Table Fiction" tr. Ted Goossen
Percaya Diri
"Yang paling penting ialah percaya diri. Kamu mutlak percaya bahwa kamu memiliki kemampuan untuk menceritakan sebuah kisah, untuk menyerang urat nadi, untuk menggabunkan potongan-potongan puzzle cocok. Tanpa rasa percaya diri kamu tidak bisa pergi ke mana pun. Ini sebuah pertandingan tinju. Setelah naik ke atas ring, kamu tidak bisa mundur. Kamu harus berjuang sampai pertandingan tuntas."
–Dari transkrip
Haruki Murakami and Music of Words, Jay Rubin
Tulis di Sisi Telur.
Sebuah hal yang selalu aku ingat ketika menulis
fiksi. Aku tidak pernah sejauh ini untuk
menulisnya di selembar kertas dan menempelkannya ke dinding: Sebaliknya, itu
diukir di dinding pikiran, dan itu berlangsung kira-kira seperti ini:
"Di antara dinding yang tinggi dan kokoh, dan sebutir telur pecah, aku akan selalu berdiri di sisi telur itu."
Ya, tidak peduli seberapa benar dindingnya dan seberapa salah telurnya, aku akan bertahan dengan telur itu. Orang lain harus memutuskan mana yang benar dan apa yang salah; mungkin waktu atau sejarah akan memutuskan. Jika ada seorang novelis, karena alasan apa pun, menulis karya-karya yang berdiri di dinding, apa nilai karya itu?
–Dari Pidato Murakami Saat Menerima Jerusalem Prize
Amati Duniamu.
"Renungkan apa yang kamu lihat. Namun, ingatlah bahwa merefleksikan tidak berarti
terburu-buru menentukan hak dan kesalahan atau kelebihan dan kekurangan apa dan
siapa yang sedang kamu amati. Cobalah untuk
secara sadar menahan diri dari sebuah penilaian — jangan terburu-buru mengambil
kesimpulan. Yang penting adalah tidak sampai
pada kesimpulan yang jelas tetapi mempertahankannya dalam situasi tertentu.
Aku berusaha untuk mempertahankan selengkap mungkin
dari gambar pemandangan yang telah aku amati, orang yang aku temui, pengalaman
yang telah aku alami, menganggapnya sebagai sebuah sampel, dalam suatu kasus.
Aku bisa kembali dan melihatnya lagi, ketika perasaan ku
sudah tenang dan ada sedikit urgensi, melihat dari berbagai sudut. Akhirnya, ketika tampaknya diperlukan, aku bisa menarik sebuah
kesimpulan."
- Dari Esai Murakami berjudul "so What Shall I Write About?"
Cobalah Untuk Tidak Melukai
"Aku ingat untuk “tidak membuat pena terlalu perkasa”
ketika aku menulis. Aku memilih kata-kata agar tidak
ada orang yang terluka, tetapi itu juga sulit dicapai. Tidak peduli apa yang tertulis, ada kemungkinan seseorang
terluka atau menyinggung seseorang. Mengingat itu
semua, sebisa mungkin aku mencoba untuk menulis sesuatu yang tidak akan
menyakiti siapa pun. Ini adalah moral yang harus
diikuti setiap penulis."
–Dari Sebuah Kolom Saran Murakami 2015
Membawa Pembaca Dalam Sebuah Perjalanan
"Ketika menulis A Wild Sheep Chase , aku begitu
yakin bahwa sebuah cerita, monogatari , bukanlah sesuatu yang kamu ciptakan.
Itu adalah sesuatu yang kamu tarik keluar dari dirimu
sendiri. Kisahnya sudah ada di sana, di dalam
dirimu. Kamu tidak dapat membuatnya , kamu hanya
bisa membawanya keluar. Setidaknya inilah
pendpatku: ini adalah spontanitas cerita itu. Bagiku,
sebuah cerita adalah kendaraan yang membawa pembaca ke suatu tempat. Apa pun informasi yang kamu coba sampaikan, apa pun yang kamu
coba untuk menyentuh emosi pembaca, hal pertama yang harus dilakukan adalah
memasukkan pembaca itu ke dalam kendaraan. Dan
kendaraan - cerita - monogatari - harus memiliki kekuatan untuk membuat
orang percaya. Ini di atas semua adalah kondisi
yang harus dipenuhi sebuah cerita."
–Dari transkrip
Haruki Murakami dan Music of Words, Jay Rubin
Menulis Untuk Menjelaskan Manusia.
"Aku hanya memiliki sebuah alasan untuk menulis
novel, dan itu adalah untuk membawa, mengangkat martabat individu dan mencerahkannya.
Tujuan dari sebuah cerita adalah untuk membunyikan
alarm, untuk membuat sebauh sistem terlatih untuk mencegahnya dari kekusutan
jiwa kita dan merendahkannya. Aku sepenuhnya
percaya bahwa itulah tugas penulis untuk terus berusaha menjabarkan keunikan
setiap individu dengan menulis cerita — kisah hidup dan mati, kisah cinta,
kisah yang membuat orang menangis dan gempa dengan ketakutan serta cerita kocak
dengan tawa. Inilah sebabnya kami melakukannya, waktu
demi waktu, meracik fiksi dengan sangat serius."
–Dari Pidato Murakami Saat Menerima Jerusalem Prize
Semua Dimulai Dengan Talenta
"Dalam setiap wawancara aku selalu ditanya apa kualitas terpenting yang harus dimiliki seorang novelis . Jelas sekali: bakat. Tidak peduli seberapa besar antusiasme dan usaha yang kamu lakukan dalam menulis, jika kamu tidak memiliki bakat sastra,kamu bisa melupakan menjadi seorang novelis. Ini lebih merupakan prasyarat daripada kualitas yang diperlukan. Jika Anda tidak memiliki bahan bakar, bahkan mobil terbaik tidak akan berjalan."
–Dari buku What I Talk About When I Talk
About Running
"Menulis mirip dengan mencoba merayu seorang wanita. Banyak hal berhubungan dengan latihan, tetapi sebagian besar bakat bawaan. Bagaimanapun, semoga kau beruntung."
–Dari Sebuah Kolom Saran Murakami 2015
Kecuali Kamu Bekerja Sangat Keras
Para penulis yang diberkati dengan bakat bawaan
dapat dengan mudah menulis, apa pun yang mereka lakukan — atau tidak lakukan.
Bagaikan air yang keluar dari mata air alami,
kalimat-kalimatnya bermunculan, dan dengan sedikit atau tanpa usaha sekalipun
mereka dapat menyelesaikan sebuah karya. Sayangnya,
aku tidak termasuk dalam kategori itu. Aku harus
memukul batu dengan pahat dan menggali lubang yang dalam sebelum aku dapat
menemukan sumber kreativitas. Setiap kali aku
mengerjakan novel baru, aku harus mengeruk lubang lain. Tetapi, karena aku telah mengabdikan kehidupan ini bertahun-tahun
lamanya, aku menjadi cukup efisien, baik secara teknik maupun fisik, dalam
membuka lubang-lubang di batu dan menemukan mata air baru. Begitu aku melihat satu sumber mengering, aku pindah ke yang
lain. Jika orang-orang yang hanya mengandalkan
sumber bakat alami tiba-tiba menemukan bahwa mereka telah kehabisan sumber
mereka, mereka dalam kesulitan.
Dengan kata lain, mari kita hadapi saja: hidup pada
dasarnya tidak adil. Tetapi, bahkan dalam
situasi yang tidak adil, mungkin aku berpikir untuk mencari semacam keadilan.
–Dari esai
Murakami "The Running Novelist" tr. Philip Gabriel
Diterjemahkan dari artikel berjudul Whats Need is Magic: Writing Advice from Haruki Murakami
0 komentar:
Posting Komentar