Sabtu, 16 Februari 2019

, ,

Resep Menulis Ala Haruki Murakami



Penulis kelahiran Jepang dan seorang penggemar kucing, Haruki Murakami  meninjak usia 70 tahun Januari lalu. 70 tahun! Tapi aku pikir kita memang harus mempercayainya, terlepas dari usia muda dan prosa kreatif: penulis best seller internasional yang telah menulis 14 novel dan beberapa cerita pendek, dan merupakan salah satu penulis kontemporer paling terkenal di Dunia. Untuk merayakan ulang tahunnya, dan sebagai hadiah untuk mereka yang berharap menjadi penulis seperti Murakami, Inilah beberapa saran penulisan terbaiknya yang telah aku kumpulkan di bawah ini.

Baca dan Terus Membaca.

“Aku pikir tugas pertama untuk calon penulis adalah membaca banyak buku. Maaf memulai dengan pengamatan biasa, tapi memang tak ada latihan yang lebih penting dari itu. Untuk menulis sebuah novel, kamu harus memahami dulu pada tingkatan dasar.  Sangat penting untuk membaca banyak novel saat kamu masih muda. Apapun yang bisa kamu baca — novel hebat, novel biasa-biasa saja, bahkan yang buruk juga tidak masalah, selama kamu tetap membaca. Serap sebanyak mungkin cerita yang kamu bisa. Perkenalkan dirimu pada banyak tulisan bagus. Juga untuk banyak tulisan biasa-biasa saja. Ini pekerjaan terpenting untukmu.”

Dari esai Murakami tahun 2015 berjudul “So What Shall I Write About?

Beri Sentuhan Dan Buat Kata-Kata Menjadi Baru.

Salah satu pianis jazz favoritku sepanjang masa adalah Thelonious Monk. Suatu ketika, saat seseorang bertanya kepadanya bagaimana ia bisa mengeluarkan suara tertentu dari piano, Monk menunjuk ke keyboard dan berkata: "Tidak mungkin ada nada baru. Ketika kamu melihat keyboard, semua nada sudah ada di sana. Jika kamu memasukan nada yang tepa, itu akan terdengar berbeda. Kamu harus memilih nada yang kamu maksudkan!”
 
Aku sering mengingat kata-kata ini ketika menulis, dan aku berpikir, “Itu benar. Tidak ada kata-kata baru. Tugas kita adalah memberikan sentuhan baru dan nuansa khusus untuk kata-kata yang biasa-biasa saja.” Aku merasa pikiran itu sangat benar. Ini berarti terdapat bentangan luas yang tidak kita ketahui di depan kita, tempat subur yang menunggu untuk kita olah.

-Dari Esai Murakami berjudul "Jazz Messenger"

Jelaskan Dengan Jelas.
 
Ketika menulis, aku mendapatkan beberapa gambar dan aku menghubungkan satu bagian dengan yang lain. Itulah alur ceritanya. Lalu aku menjelaskan alur cerita tersebut kepada pembaca. Kamu harus menjelaskan dengan sangat baik ketika menjelaskan sesuatu. Jika kamu berpikir, itu bukan masalah, maka aku mengerti bahwa kamu terkesan sangat sombong. Kata-kata yang mudah dan metafora yang tepat menjadikan alegori yang bagus. Jadi itulah yang aku lakukan. Aku menjelaskan dengan sangat hati-hati dan jelas.

Dari sebuah wawancara dengan John Wray untuk The Paris Review

Tebarkan Mimpi


“Bermimpi adalah pekerjaan sehari-hari para novelis, tetapi menebarkan mimpi adalah tugas yang lebih penting bagi kami. Kita tidak bisa menjadi novelis tanpa keinginan untuk berbagi sesuatu.”

–Dari Pidato Murakami saat menerima Catalunya International Prize

Menulis Untuk Mencari Tahu
 
"Ketika aku menulis, aku sendiri tidak tahu untuk apa melakukannya. Pembaca dan aku berada di tempat yang sama. Ketika aku mulai menulis sebuah cerita, aku mengerti kesimpulannya sama sekali dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Misalnya, jika ada kasus pembunuhan, aku tidak tahu siapa pembunuhnya. Aku menulis buku tersebut karena rasa ingin tahu. Jika aku tahu siapa pembunuhnya, tidak ada tujuan untuk menulis sebuah cerita."
 
Dari sebuah wawancara dengan John Wray untuk The Paris Review

Timbun dan Masukkan Dalam Novel


Apa kamu ingat sepotong adegan di film Steven Spielberg E.T.  di mana ia merakit transmisi dari sampah yang berasal dari garasinya? Ada payung, lampu, panci dan kuali, pemutar rekaman— sudah lama aku tidak menonton film, jadi aku tidak bisa mengingat semuanya, tetapi ia berhasil mengubah semua barang-barang itu sedemikian rupa sehingga alat tersebut bekerja cukup baik untuk berkomunikasi dengan planet asalnya ribuan tahun cahaya jauhnya. Aku mendapat dorongan besar dari adegan itu ketika melihatnya di bioskop, tetapi sekarang yang mengejutkanku bahwa menyusun novel bagus adalah hal yang sama. Komponen kuncinya bukanlah kualitas bahan — yang dibutuhkan adalah keajaiban. Jika keajaiban itu ada, masalah sehari-hari paling mendasar dan bahasa paling sederhana dapat diubah menjadi perangkat yang begitu canggih.

Namun yang pertama dan terpenting adalah apa yang dikemas di garasimu. Sihir tidak bisa berfungsi jika garasi mu kosong. Anda harus menyimpan banyak barang untuk digunakan ketika E.T. datang memanggil!

- Dari Esai Murakami berjudul "so What Shall I Write About?"

Sebuah Pengulangan 

"Ketika aku menulis sebuah novel, aku bangun jam empat pagi dan bekerja selama lima hingga enam jam. Pada sore hari, aku berlari sejauh sepuluh kilometer atau berenang sejauh seribu lima ratus meter (atau melakukan keduanya), kemudian aku membaca dan mendengarkan musik. Aku tidur jam sembilan malam. Aku melakukan rutinitas ini setiap hari tanpa variasi. Pengulangan itu sendiri menjadi hal yang penting; itu adalah bentuk mesmerisme. Aku menguasai diri sendiri untuk mencapai kondisi pikiran yang lebih dalam. Tetapi untuk menahan pengulangan seperti itu begitu lama — enam bulan hingga satu tahun — membutuhkan mental dan fisik yang baik. Dalam pengartian tersebut menulis novel seperti berlatih untuk bertahan hidup. Kekuatan fisik sama pentingnya dengan sentuhan artistik." 
 
 - Di Sebuah wawancara dengan John Wray untuk The Paris Review

Fokus Pada Satu Hal Pada Satu Waktu
 
"Jika aku ditanya apa kualitas terpenting berikutnya bagi seorang novelis (setelah talenta), itu juga mudah: fokus — kemampuan untuk memusatkan semua bakat yang kamu miliki pada apa pun yang penting saat ini. Tanpa itu kamu tak akan mencapai sesuatu yang bernilai, sementara itu jika kamu fokus secara efektif, kamu akan dapat menutubi bakat yang tidak menentu atau bahkan kekurangannya. Bahkan seorang novelis yang memiliki banyak bakat dan pikiran yang penuh dengan ide-ide baru yang hebat mungkin tidak dapat menulis apa-apa jika dia menderita banyak rasa sakit."

–Dari buku  What I Talk About When I Talk About Running

"Walaupun aku menulis esai dan juga karya fiksi, kecuali keadaan menentukan lain, aku menghindari mengerjakan hal lain ketika aku menulis novel. Tentu saja, tidak ada semacam aturan yang mengatakan bahwa bahan yang sama tidak dapat digunakan dalam esai dan cerita, tetapi aku menemukan bahwa menggandakan seperti itu entah bagaimana melemahkan fiksi yang aku buat."
 
- Dari Esai Murakami berjudul "so What Shall I Write About?"

Melatih Daya Tahan
 
"Setelah fokus, hal penting selanjutnya bagi seorang novelis adalah ketekunan. Jika kamu konsentrasi menulis tiga sampai empat jam sehari dan merasa lelah setelah seminggu, kamu tak bisa menulis pekerjaan yang panjang. Yang dibutuhkan oleh seorang penulis fiksi — paling tidak orang yang berharap bisa menulis novel — adalah energi untuk fokus setiap hari selama setengah tahun, atau satu tahun, atau dua tahun. Kamu bisa membandingkannya sambil manarik bernafas."
 
–Dari buku  What I Talk About When I Talk About Running

Eksperimen Dengan Bahasa

"Merupakan hak yang melekat dari semua penulis untuk bereksperimen dengan berbagai kemungkinan bahasa dalam segala bentuk yang mereka bayangkan — tanpa semangat eksplorasi, tidak ada hal baru yang dilahirkan." 

–Dari "The Birth of My KItchen Table Fiction" tr. Ted Goossen

Percaya Diri

"Yang paling penting ialah percaya diri. Kamu mutlak percaya bahwa kamu memiliki kemampuan untuk menceritakan sebuah kisah, untuk menyerang urat nadi, untuk menggabunkan potongan-potongan puzzle cocok. Tanpa rasa percaya diri kamu tidak bisa pergi ke mana pun. Ini sebuah pertandingan tinju. Setelah naik ke atas ring, kamu tidak bisa mundur. Kamu harus berjuang sampai pertandingan tuntas."
 
–Dari transkrip Haruki Murakami and Music of Words, Jay Rubin

Tulis di Sisi Telur.

Sebuah hal yang selalu aku ingat ketika menulis fiksi. Aku tidak pernah sejauh ini untuk menulisnya di selembar kertas dan menempelkannya ke dinding: Sebaliknya, itu diukir di dinding pikiran, dan itu berlangsung kira-kira seperti ini:

"Di antara dinding yang tinggi dan kokoh, dan sebutir telur pecah, aku akan selalu berdiri di sisi telur itu."

Ya, tidak peduli seberapa benar dindingnya dan seberapa salah telurnya, aku akan bertahan dengan telur itu. Orang lain harus memutuskan mana yang benar dan apa yang salah; mungkin waktu atau sejarah akan memutuskan. Jika ada seorang novelis, karena alasan apa pun, menulis karya-karya yang berdiri di dinding, apa nilai karya itu?
 

–Dari Pidato Murakami Saat Menerima Jerusalem Prize 

Amati Duniamu.

"Renungkan apa yang kamu lihat. Namun, ingatlah bahwa merefleksikan tidak berarti terburu-buru menentukan hak dan kesalahan atau kelebihan dan kekurangan apa dan siapa yang sedang kamu amati. Cobalah untuk secara sadar menahan diri dari sebuah penilaian — jangan terburu-buru mengambil kesimpulan. Yang penting adalah tidak sampai pada kesimpulan yang jelas tetapi mempertahankannya dalam situasi tertentu. Aku berusaha untuk mempertahankan selengkap mungkin dari gambar pemandangan yang telah aku amati, orang yang aku temui, pengalaman yang telah aku alami, menganggapnya sebagai sebuah sampel, dalam suatu kasus. Aku bisa kembali dan melihatnya lagi, ketika perasaan ku sudah tenang dan ada sedikit urgensi, melihat dari berbagai sudut. Akhirnya, ketika tampaknya diperlukan, aku bisa menarik sebuah kesimpulan." 
 
- Dari Esai Murakami berjudul "so What Shall I Write About?"

Cobalah Untuk Tidak Melukai
 
"Aku ingat untuk “tidak membuat pena terlalu perkasa” ketika aku menulis. Aku memilih kata-kata agar tidak ada orang yang terluka, tetapi itu juga sulit dicapai. Tidak peduli apa yang tertulis, ada kemungkinan seseorang terluka atau menyinggung seseorang. Mengingat itu semua, sebisa mungkin aku mencoba untuk menulis sesuatu yang tidak akan menyakiti siapa pun. Ini adalah moral yang harus diikuti setiap penulis."

–Dari Sebuah Kolom Saran Murakami 2015

Membawa Pembaca Dalam Sebuah Perjalanan

"Ketika menulis A Wild Sheep Chase , aku begitu yakin bahwa sebuah cerita, monogatari , bukanlah sesuatu yang kamu ciptakan. Itu adalah sesuatu yang kamu tarik keluar dari dirimu sendiri. Kisahnya sudah ada di sana, di dalam dirimu. Kamu tidak dapat membuatnya , kamu hanya bisa membawanya keluar. Setidaknya inilah pendpatku: ini adalah spontanitas cerita itu. Bagiku, sebuah cerita adalah kendaraan yang membawa pembaca ke suatu tempat. Apa pun informasi yang kamu coba sampaikan, apa pun yang kamu coba untuk menyentuh emosi pembaca, hal pertama yang harus dilakukan adalah memasukkan pembaca itu ke dalam kendaraan. Dan kendaraan - cerita - monogatari - harus memiliki kekuatan untuk membuat orang percaya. Ini di atas semua adalah kondisi yang harus dipenuhi sebuah cerita."

–Dari transkrip Haruki Murakami dan Music of Words, Jay Rubin

Menulis Untuk Menjelaskan Manusia.

"Aku hanya memiliki sebuah alasan untuk menulis novel, dan itu adalah untuk membawa, mengangkat martabat individu dan mencerahkannya. Tujuan dari sebuah cerita adalah untuk membunyikan alarm, untuk membuat sebauh sistem terlatih untuk mencegahnya dari kekusutan jiwa kita dan merendahkannya. Aku sepenuhnya percaya bahwa itulah tugas penulis untuk terus berusaha menjabarkan keunikan setiap individu dengan menulis cerita — kisah hidup dan mati, kisah cinta, kisah yang membuat orang menangis dan gempa dengan ketakutan serta cerita kocak dengan tawa. Inilah sebabnya kami melakukannya, waktu demi waktu, meracik fiksi dengan sangat serius."
 
–Dari Pidato Murakami Saat Menerima Jerusalem Prize

Semua Dimulai Dengan Talenta

"Dalam setiap wawancara aku selalu ditanya apa kualitas terpenting yang harus dimiliki seorang novelis . Jelas sekali: bakat. Tidak peduli seberapa besar antusiasme dan usaha yang kamu lakukan dalam menulis, jika kamu tidak memiliki bakat sastra,kamu bisa melupakan menjadi seorang novelis. Ini lebih merupakan prasyarat daripada kualitas yang diperlukan. Jika Anda tidak memiliki bahan bakar, bahkan mobil terbaik tidak akan berjalan."
 
–Dari buku  What I Talk About When I Talk About Running

"Menulis mirip dengan mencoba merayu seorang wanita. Banyak hal berhubungan dengan latihan, tetapi sebagian besar bakat bawaan. Bagaimanapun, semoga kau beruntung."

–Dari Sebuah Kolom Saran Murakami 2015

Kecuali Kamu Bekerja Sangat Keras
 
Para penulis yang diberkati dengan bakat bawaan dapat dengan mudah menulis, apa pun yang mereka lakukan — atau tidak lakukan. Bagaikan air yang keluar dari mata air alami, kalimat-kalimatnya bermunculan, dan dengan sedikit atau tanpa usaha sekalipun mereka dapat menyelesaikan sebuah karya. Sayangnya, aku tidak termasuk dalam kategori itu. Aku harus memukul batu dengan pahat dan menggali lubang yang dalam sebelum aku dapat menemukan sumber kreativitas. Setiap kali aku mengerjakan novel baru, aku harus mengeruk lubang lain. Tetapi, karena aku telah mengabdikan kehidupan ini bertahun-tahun lamanya, aku menjadi cukup efisien, baik secara teknik maupun fisik, dalam membuka lubang-lubang di batu dan menemukan mata air baru. Begitu aku melihat satu sumber mengering, aku pindah ke yang lain. Jika orang-orang yang hanya mengandalkan sumber bakat alami tiba-tiba menemukan bahwa mereka telah kehabisan sumber mereka, mereka dalam kesulitan.
 
Dengan kata lain, mari kita hadapi saja: hidup pada dasarnya tidak adil. Tetapi, bahkan dalam situasi yang tidak adil, mungkin aku berpikir untuk mencari semacam keadilan.
 
–Dari esai Murakami "The Running Novelist" tr. Philip Gabriel




Diterjemahkan dari artikel berjudul Whats Need is Magic: Writing Advice from Haruki Murakami

Share:

0 komentar:

Posting Komentar