Kamis, 01 Juni 2017

Mengapa Pancasila?



Apa sebenarnya yang sedang kita permasalahkan? Sehingga gelombang permusuhan dan kebencian kian berhamburan menjadi buih-buih kecemasan yang tak kasap mata.

Mungkin, memang benar bahwa sejatinya kita saling berdebat membela dan mempertahankan perspektif kebenaran dalam diri kita masing-masing. Tapi apakah benar bila kita dengan angkuh mengatakan bahwa pandangan kita adalah sebuah kemutlakan (absoulute entity) tanpa menimbang dan memperhatikan prinsip orang lain? Tentu saja tidak.

Kebenaran tunggal sejatinya hanya barang abstrak yang selalu diperdebatkan bangsa manusia dari generasi ke generasi. Misalnya dalam kepercayaan, Agama selalu beragam lebih dari satu dan selamanya tak akan pernah menjadi satu. Begitu pula dengan ideologi, ide-ide, gagasan politik ataupun hal lain yang telah melekat dalam diri kita sejatinya akan terus beragam.

Memang kita tidak bisa berpaling dari fakta-fakta itu. Tapi jangan bahwa lupa kita adalah manusia bebas, manusia yang bisa menentukan sikap perihal keadaan ini. Apakah kita akan terus berselisih paham? Atau  kita mengambil jalan tengah dan mewujudkan keberagaman yang lebih indah?
Bukankah moralitas Pancasila telah mengajarkan kepada kita bahwa Negara kita bukanlah milik satu golongan atau satu kelompok Agama, milik segelintir etnis maupun adat tertentu, melainkan milik kita semua dari Sabang sampai Merauke. Bangsa kita adalah bangsa yang beragam serta melindungi segenap warga negaranya baik minoritas atau mayoritas, miskin atau kaya dan barang tentu kita semua sama.

Sebagai pengagum gagasan humanis, Pancasila adalah sebuah jalan tengah. Jalan keselamatan yang menjembatani setiap sekat-sekat perbedaan, jalan baru ke arah kemajemukan dan kelestarian. Rumah segala macam Suku, Ras, Agama serta menjujung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Memang dalam praktiknya nilai-nilai moralitas yang dikandung Pancasila belum juga diwujudkan sepenuhnya, masih banyak pekerjaan untuk memperbaiki dan mengkritisi demi mewujudkan semua itu.  Kita harus menjamin prinsip kebebasan beragama dan mengutuk sikap intoleran, menjunjung Hak Asasi Manusia, meyakini jalan musyawarah dan mewujudkan tafsir keadilan sosial.

Jadi, jangan lupakan pepatak Turki  yang memperingatkan : menara yang setingginya pun dibangun dari dasar. Sebuah dasar yang dikatakan Sukarno “Menggembirakan Seluruh Rakyat”. Muara titik temu dari segala golongan dan aliran-aliran yang berbeda, dimana satu golonganpun tidak dirugikan dalam menganut ideologinya masing-masing. Bhinneka Tunggal Ika.

Barangkali boleh saya tegaskan. Saya Pancasila dan Saya Indonesia.


Share:

0 komentar:

Posting Komentar